Selasa, 26 Mei 2009

karyawan patuh dan berkomitmen


KARYAWAN PATUH DAN KARYAWAN BERKOMITMEN

GloriaNet -
Coba Anda jawab secara jujur, apakah Anda adalah seorang karyawan patuh
atau karyawan berkomitmen? Untuk menjawab, memang Anda perlu membandingkan kedua tipe berikut. Seorang karyawan yang patuh dalam bekerja tidak serta merta Anda golongkan sebagai karyawan berkomitmen. Sebaiknya Anda jangan terkecoh melihat kepatuhannya sebagai bentuk suatu komitmen.


Karyawan patuh menurut Arvan Pradiansyah pengamat SDM dari Franklin Covey/PT Dunamis Intermaster, fisik perilaku yang ditampilkan karyawan memang nyaris sama. Padahal, hakekatnya berbeda. Karyawan patuh bekerja bak robot, hanya dengan tangan dan kakinya. Kurang improvisasi dan kurang kreatif dalam berkarya. Bekerja menunggu diperintah atau disuruh.

Sementara karyawan berkomitmen lanjut Arvan, memiliki bentuk keterlibatan tertinggi dalam perusahaan. Mereka bekerja bukan karena disuruh. Mereka termotivasi bukan oleh faktor eksternal melainkan faktor internal. Sumber motivasinya dari dalam diri mereka sendiri.

Biasanya karyawan yang memiliki komitmen terhadap pekerjaan bisa menjiwai pekerjaannya. Mereka bekerja dengan pikiran dan hati. Karenanya mereka menikmati pekerjaan. Mereka memandang pekerjaan bukan sebagai beban dan kewajiban, tetapi sarana berkarya dalam mengembangkan diri. Biasanya orang-orang yang berkomitmen akan mencapai kepuasaan kerja alias job satisfaction.

Lantas bagaimana sebaiknya membangun karyawan berkomitmen itu? Untuk membangun komitmen karyawan Arvan menyarankan agar perusahaan memahami karakteristik karyawan, dan mengetahui kebutuhan mereka. Setiap karyawan memiliki kebutuhan fisik seperti penghasilan yang memadai, sosial emosional (lingkungan pergaulan dan budaya perusahaan sesuai budaya personal), mental (kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri), dan spiritual (melakukan pekerjaan yang penuh arti-penuh makna).

Dari empat macam kebutuhan tersebut menurut Arvan, setiap karyawan memiliki penekanan pada kebutuhan yang berbeda-beda. Ada yang lebih ke aspek fisik, sosial, emosional, mental, ataupun spiritual. Juga, bisa gabungan dari aspek-aspek tadi. Selain memahami karyawan, perusahaan juga harus melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan karyawan, maupun bisnis secara keseluruhan. Maka pradigma perusahaan harus diubah. Asumsinya menjadi those closest the job knows it best--- orang yang paling dekat dengan pekerjaanlah yang paling tahu seluk-beluk pekerjaan itu.

Komitmen senantiasa dibarengi dengan kepercayaan (trust) antara manajemen dan karyawan. Komitmen juga tidak akan tercapai, kalau manajemen tidak memahami apa yang diinginkan karyawan termasuk keinginan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Untuk bisa menciptakan komitmen dan kepercayaan, tentunya diperlukan komunikasi yang baik. Karenanya, karyawan dan manajemen harus mau duduk bersama dan saling menyelaraskan pardigma masing-masing. Kemampuan saling mendengarkan adalah katak kuncinya!

Komitmen harus dibangun dari dua arah yaitu dari karyawan maupun perusahaan. Adanya tingkat keterikatan karyawan terhadap perusahaan yang didefenisikan sebagai engagement.

Nah, bila Anda sudah mengetahui bedanya karyawan patuh dan berkomitmen, lantas coba Anda jawab dengan jujur Anda termasuk yang mana? Moga-moga artikel di atas bermanfaat bagi Anda. (GCM/SW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar