Selasa, 26 Mei 2009

kerja setelah lulus


Tips Menghadapi Dunia kerja setelah Lulus SMA dan Kuliah

Setelah lulus kuliah atau bagi anda yang sudah lulus sma dan ingin bekerja langsung dan cari informasi lowongan kerja saya punya sedikit tips agar cepat dapat kerja. Memang tidak yakin sih bisa langsung cepat dapat kerja tapi setidaknya dalam mencari bursa kerja seperti yang anda inginkan anda tidak kesulitan. Oke langsung aja tips menghadapi dunia kerja bagi anda yang sudah lulus kuliah maupun sma adalah sebagai berikut :

  1. Luangkan sedikit waktu anda untuk mengistirahatkan otak anda yang sudah bekerja keras untuk anda dalam meraih kelulusan entah skripsi maupun ujian akhir nasional.
  2. Siapkan diri dengan segudang motivasi untuk menghadapi yang akan terjadi setelah anda lulus.
  3. Buat daftar pekerjaan yang anda inginkan.
  4. Jangan malu meminta nasihat orang sukses atau orang yang lebih tua.
  5. Jika ada kesulitan hadapi dengan sabar, tabah dan tawakal
  6. Ingatlah tiap hari selalu ada lowongan kerja dan bursa karir bagi anda, jadi tinggal bagaimana anda memanfaatkannya.
  7. Dekatkan diri kepada tuhan

Itulah 7 tips dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus sma atau kuliah. Mungkin itu saja dulu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.

tingkatkan konsentrasi kerja



5 Langkah Meningkatkan Daya Konsentrasi Kerja

GloriaNet -
Konsentrasi buyar di saat Anda sedang bekerja memang kerap terjadi. Anda tentu pusing dibuatnya karena bisa saja mempengaruhi kinerja kerja Anda hari itu. Milton Wright berkata, "Ukuran bagi seorang manusia adalah sejauh mana ia dapat berkonsentrasi." Sebelumnya, Emerson menulis, "Konsentrasi adalah rahasia keberhasilan dalam politik, perang, perdagangan, singkatnya dalam semua manajemen urusan manusia."

Nah, bila Anda merasa daya konsentrasi Anda lemah, cobalah 5 saran dari Robert J. Lumsden yang dituliskan dalam bukunya 23 Langkah Menuju Sukses dan Prestasi berikut:

1. Pertama, lakukan segala yang dapat Anda kerjakan untuk mencegah masuknya gangguan. Belajar di dalam ruang duduk di mana radio atau TV dinyalakan atau orang lain tengah berbicara, tidak akan membantu. Bekerjalah sendiri dan usahakan agar ruangan memiliki ventilasi, penerangan, dan kehangatan yang memadai.

2. Sewaktu memulai, tolak godaan untuk bermimpi tentang masa lalu atau masa datang. Jangan biarkan mata Anda menatap berkeliling, tetapi jaga agar tetap menatap ke arah pekerjaan Anda. Anda akan terbantu dengan menuliskan catatan atau menggambar sketsa yang relevan dengan subjek yang Anda hadapi.

3. Salah satu musuh dari konsentrasi adalah kebosanan. Perhatian Anda tidak melayang ke mana-mana selama menonton film atau sewaktu membaca novel yang mencekam. Kebosanan mungkin menyelinap masuk apabila Anda bekerja terlalu lama. Karenanya, batasi waktu belajar selama satu jam, kemudian ambil isitrahat selama sepuluh menit dan kerjakan sesuatu yang berbeda.

4. Anda akan terbantu dengan menetapkan batas waktu. Berikan diri Anda jumlah kerja yang pantas untuk dikerjakan dalam satu jam, satu minggu, satu bulan. Dengan memberikan tantangan kepada diri Anda, Anda telah mendapatkan bantuan untuk emosi Anda, dan rasa harga diri akan terus mendorong Anda.

5. Musuh terakhir dari konsentrasi adalah sikap mengalah. Jangan pernah berpikir negatif seperti - Saya tidak akan pernah menguasainya. Otak Anda lebih mampu dan cakap darpiada yang Anda kira. Jangan takut untuk meregangkannya. Otak akan bangkit karena tuntutan yang lebih berat. Percayalah akan kekuatan Anda sendiri. Hampiri pekerjaan dengan tekad.

Anda tertarik untuk mencobanya? Saran di atas sangat menarik bagi Anda. Selamat mencoba dan sukses untuk Anda! (GCM/SW)

ketika motivasi kerja menurun



KETIKA MOTIVASI BEKERJA MENURUN


GloriaNet -
Banyak orang menyebut motivasi seperti air laut. Masa pasang surut datang silih berganti sesuai dengan kondisi alam yang terjadi saat itu. Ketika pasang datang, air laut dapat mengangkat apa saja yang ada di permukaan. Bahkan tak jarang melimpahkan airnya ke daratan. Begitu pula ketika surut tiba, semuanya ikut hilang dari permukaan. Nah, motivasi tak ubahnya pasang surut air laut tadi.

Yang berbeda dengan pasang surut air laut tadi adalah dampak dari naik turunnya motivasi. "Motivasi berhubungan langsung dengan semangat kerja seseorang," kata Brian Tracy, konsultan Total Training Network. Saat motivasi naik, semangat bekerja luar biasa untuk menghasilkan yang terbaik. Yang perlu dipahami setiap orang adalah motivasi merupakan rangsangan bagi setiap untuk bekeja lebih baik. Semakin tinggi motivasi seseorang, maka semakin tinggi pula semangat kerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Begitu pula sebaliknya ketika motivasi berada pada titik terendah. Apalagi jika sampai terjun bebas ke titik toleransi terendah, bisa-bisa tak ada target yang dapat dicapai. Dalam kondisi seperti ini perlu dicari akar penyebab hilangnya motivasi bekerja. Namun, tak semua orang menyadari mencari akar permasalahan tadi. Bahkan tak jarang mereka makin terpuruk hingga hasil kerja tak memenuhi standar yang ditentukan.

Saat kondisi seperti itu Anda alami ada baiknya menelisik akar permasalahan yang menyebabkan Anda terpuruk dalam kerendahan motivasi. "Cobalah Anda tinjau ulang apa yang telah Anda dapatkan selama ini," kata Brian. Mungkin ada rasa tidak puas dengan pendapatan dari kantor Anda bekerja setelah sekian lama Anda memberikan yang terbaik. Ada baiknya jika Anda memiliki standar pembanding pendapatan dan tanggung jawab Anda dengan orang yang setara dengan Anda.

Dalam hal ini tidak ada yang perlu ditutupi bahwa setiap orang bekerja ingin mendapatkan penghargaan berupa penghasilan tadi. Jika pekerjaan orang dihargai sesuai dengan jerih payah yang dikeluarkan, tentu berdampak positif pada motivasi dirinya untuk bekerja lebih baik. Apalagi jika Anda dituntut tanggung jawab lebih di rumah seperti kehadiran anak. Tak ada yang menyangsikan semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula motivasinya. Dengan begitu seorang karyawan tidak perlu berpikir mencari lahan lain untuk menambah pendapatannya.

Pendapatan memang bukan satu-satunya faktor yang membuat motivasi surut. Keadaan di sekitar tempat kerja yang kurang kondusif ikut berpengaruh. Bagaimana akan bekerja baik jika di rekan-rekan kerja tidak bisa diajak bekerja sama dan fasilitas kerja yang minim. Dalam keadaan seperti ini sulit mengharapkan karyawan bekerja sesuai standar yang diminta. Kondisi ini makin parah manakala Anda menjalankan pekerjaan yang itu itu saja tanpa ada rotasi yang proporsional.

Setiap orang hendaknya menyadari daya konsentrasi dan ketahanan diri. Ini penting untuk mengetahui pada tahap mana kejenuhan Anda hadir. Saat rasa jenuh itu biasanya menyebabkan seseorang tidak memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu. Nah, pada tahap seperti ini hendaknya pandai-pandai mencari cara menyelesaikan pekerjaan dengan pola baru. "Tidak ada salahnya Anda mencoba hal baru sepanjang hasilnya positif," kata Brian.

Dengan menghadirkan suasana dan pola kerja baru, motivasi Anda akan terangsang dengan sendirinya karena menemukan tantangan baru. Dengan begitu semangat yang sempat turun akan bangkit dengan sendirinya. Biasanya hal ini tanpa disadari berjalan begitu saja mengikuti hal-hal baru. Dan tak ada salahnya anda mencari mitra kerja baru sejauh tidak mengganggu sistem yang sudah ada.

Selain itu motivasi biasanya berhubungan dengan sebuah target yang hendak dicapai. Target jangka pendek seringkali berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Sedangkan target jangka panjang berbentuk visi dan tujuan hidup secara keseluruhan. Orang yang memiliki tujuan hidup jelas, biasanya termotivasi untuk meraihnya. Ada sesuatu yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu motivasi akan muncul untuk mewujudkan tujuan tadi.

Jika setiap orang memahami permasalahan dirinya, maka dengan mudah melakukan identifikasi persoalan hingga merumuskan satu jawaban. Motivasi yang diyakini sebagai stimulus diri pun perlu dirumuskan kapan dalam kondisi pasang dan kapan berada di titik surut. Faktor luar memang berperan memotivasi diri, tapi faktor dalam diri seseorang tak bisa diabaikan begitu saja. Bahkan pada beberapa orang faktor dalam diri menjadi faktor mutlak naik turunnya motivasi. (GCM/KT)

tegur anak buah



CARA BIJAK MENEGUR ANAK BUAH


GloriaNet -
Ditegur atau diperingatkan atas kesalahan yang Anda lakukan memang sama sekali bukan peristiwa menyenangkan. Rasa malu, gengsi, bahkan kadang sakit hati tak jarang menguasai pikiran Anda setelah mendapat teguran atau peringatan dari orang lain. Tapi jangan salah, ternyata menegur itu lebih tidak enak lagi loh daripada ditegur. Ada beban tersendiri ketika harus memperingatkan dan mengungkapkan kesalahan orang lain.

Makanya nggak heran jika muncul perasaan sungkan dan risih saat harus menegur orang yang salah, sekalipun yang akan Anda tegur itu adalah anak buah. Tapi demi kedisiplinan dan berjalannya sistem kerja yang teratur, Anda harus berani menegur mereka yang salah. Berikut ini tips menegur yang cukup bijak:

Kumpulkan Informasi Akurat
Dalam menegur seseorang, Anda harus memiliki alasan dan informasi yang akurat. Tanpa hal ini, Anda bisa dianggap sewenang-wenang. Setelah mengumpulkan alasan dan informasi tersebut, tentukan waktu dan tempat untuk membahas masalah ini. Tapi ingat, jangan mencari-cari kesalahan orang lain hanya karena Anda merasa ingin menegur. Artinya Anda harus menegur secara objektif.

Tegurlah Setelah Terjadi Pelanggaran
Jangan menunda-nunda waktu untuk menegur. Begitu tau telah terjadi pelanggaran, lakukan peneguran. Jangan habiskan waktu untuk mencari semua bukti. Ini bukan sidang pengadilan yang mengancam terdakwa masuk penjara. Jika Anda telah memiliki alasan dan informasi yang akurat, ditambah keyakinan, maka sudah cukup alasan Anda untuk menegur.

Lakukan Secara Personal
Usahakan jangan menegur di tengah orang banyak. Dan jangan sekalipun menegur melalui bantuan orang lain. Lakukan empat mata dari pribadi ke pribadi. Pilihlah tempat yang melindungi privacy. Bersikaplah profesional! Jangan mempermalukan di depan orang lain.

Berikan Teguran Dalam Keadaan Tenang
Ingat, jangan menegur dalam keadaan penuh emosi. Karena emosi yang tak terkendali bisa memperburuk keadaan. Lagipula sesuatu yang dilakukan dalam keadaan tenang hasilnya akan jauh lebih baik dan objektif.

Fokus Pada Persoalan
Teguran hendaknya jangan melenceng dari persoalan. Artinya Anda tidak boleh menyinggung hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah pokok, apalagi jika Anda menyinggung masalah pribadi. Selain itu, jangan mengungkit-ungkit kesalahan yang sudah tutup buku alias masa lalu. Mengungkit kesalahan yang sudah lewat mengesankan bahwa Anda seorang pendendam.

Dengarkan Pembelaannya
Anda jangan hanya menegur tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Tentu ia punya pembelaan diri mengapa ia melakukan kesalahan tersebut. Maka tak ada salahnya, Anda dengarkan baik-baik masalahnya. Siapa tau bisa membantu Anda dalam memecahkan persoalan ini.

Berikan Solusi
Setelah menegur, alangkah bijak jika Anda juga memberikan solusi dan jalan keluar sebagai upaya perbaikan. Beritahu apa yang Anda inginkan. Jangan biarkan mereka melakukan kesalahan lagi hanya karena mereka tak tahu apa keinginan Anda.

Buatlah Komitmen Perbaikan
Bicarakan hal terbaik yang dapat Anda dan dia lakukan untuk memperbaiki keadaan. Kemudian buatlah kesepakatan dan komitmen dalam rangka perbaikan. Tentukan batas waktu. Akhiri prosedur pemberian teguran ini dengan saling pengertian. Selesaikan aneka konflik. Kemudian carilah kesempatan agar Anda bisa melihat perbaikan yang dilakukannya.

Jangan lupa, teguran harus dilakukan dengan tegas sekaligus adil. Jangan hanya menegur orang-orang yang tidak Anda suka. Dalam hal ini Anda harus mengesampingkan sikap subjektif. Jika Anda hanya menegur orang-orang tertentu, Anda akan dicap pilih kasih dan tidak adil. Hal yang tak kalah penting, dalam menegur tunjukkan sikap untuk membantu, bukan menghukum.

Selamat menegur...! (GCM/MK)

rekan kerja


Berteman dengan Rekan Kerja: Aset atau Perusak Karir?


GloriaNet - Siapapun akan setuju bahwa pertemanan memperkaya hidup kita. Tetapi bagaimana jika berteman di lingkungan kantor? Apakah kita harus memisahkan antara kehidupan pribadi dan kerja atau justru membuat teman sebanyak mungkin di kantor?

Berteman dengan rekan kerja bisa memiliki dampak yang besar bagi karir. Seorang teman bisa membawa Anda masuk pada lingkungan tertentu di kantor atau memberikan saran dan kritik soal pekerjaan yang sedang Anda tangani.

Memiliki teman akrab di lingkungan kantor bisa membuat pekerjaan lebih menyenangkan, bahkan meningkatkan produktivitas dan kreatifitas. Tak sedikit orang yang mendapatkan pekerjaan lewat informasi temannya dan ada perusahaan tertentu yang memberikan penghargaan jika pegawainya bisa memberi referensi teman yang sesuai dengan kebutuhan SDM di perusahaan tersebut.

Meski demikian bukan berarti pertemanan dengan rekan kerja tidak punya dampak negatif, lho. Misalnya waktu kerja Anda berkurang karena habis dipakai untuk bersosialisasi, informasi tentang perusahaan bisa sampai ke pihak yang tidak berwenang dan adanya kelompok pertemanan di kantor bisa menjurus ke arah ekslusifitas dan menimbulkan rasa iri karyawan lain.

Tak bisa dipungkiri memiliki kelompok teman akrab atau ’geng’ di kantor menambah gairah kerja, apalagi mereka juga sering dijadikan tempat curhat seputar pekerjaan. Sayangnya seringkali kita ’mengumbar’ semua keluhan tentang atasan atau rekan kerja yang tidak kita sukai kepada para sahabat di kantor. Kalau ’geng’ kita bisa dipercaya sih nggak masalah, tapi bagaimana kalau isi curhatan kita malah menyebar ke mana-mana dan sampai ke orang yang bersangkutan?

Friends Forever?

Apakah pertemanan yang dibangun di kantor memiliki perbedaan mendasar dengan jenis pertemanan lainnya ? tentu saja berbeda, menurut Dr.Jan Yager, dalam buku Friendshifts: The Power of Friendship and How It Shapes Our Lives. Pekerjaan menawarkan jaminan finansial. Jika disuruh memilih antara pertemanan atau sumber pendapatan, kebanyakan orang akan memilih pekerjaannya.

Karena adanya pro dan kontra dalam membangun pertemanan di kantor, Anda harus mempertimbangkan resikonya sebelum memutuskan untuk membuat kelompok pertemanan di kantor. Teman yang tepat bisa memberi pengaruh positif bagi karir Anda, sebaliknya dengan teman yang salah, bisa-bisa Anda akan dipecat.

Karena berada di bawah satu atap dan intensitas pertemuan yang tinggi, sangat mungkin kita memiliki sahabat di kantor, tetapi kemungkinan untuk terjadinya perpecahan juga besar. Hal tersebut mungkin terjadi jika salah seorang dari kelompok tadi mendapat promosi dan harus menjadi atasan teman-temannya.

Untuk itulah banyak orang yang memilih untuk memasang pagar agar tidak bergaul terlalu dekat dengan rekan-rekannya di kantor. Meski begitu, sebenarnya bukan hal yang mustahil untuk menjaga ikatan pertemanan. Bersikap sportif dan profesional, serta saling mendukung untuk kemajuan masing-masing adalah salah satu cara untuk memiliki pertemanan yang solid. (GCM/KCM-dari berbagai sumber/An)

karyawan patuh dan berkomitmen


KARYAWAN PATUH DAN KARYAWAN BERKOMITMEN

GloriaNet -
Coba Anda jawab secara jujur, apakah Anda adalah seorang karyawan patuh
atau karyawan berkomitmen? Untuk menjawab, memang Anda perlu membandingkan kedua tipe berikut. Seorang karyawan yang patuh dalam bekerja tidak serta merta Anda golongkan sebagai karyawan berkomitmen. Sebaiknya Anda jangan terkecoh melihat kepatuhannya sebagai bentuk suatu komitmen.


Karyawan patuh menurut Arvan Pradiansyah pengamat SDM dari Franklin Covey/PT Dunamis Intermaster, fisik perilaku yang ditampilkan karyawan memang nyaris sama. Padahal, hakekatnya berbeda. Karyawan patuh bekerja bak robot, hanya dengan tangan dan kakinya. Kurang improvisasi dan kurang kreatif dalam berkarya. Bekerja menunggu diperintah atau disuruh.

Sementara karyawan berkomitmen lanjut Arvan, memiliki bentuk keterlibatan tertinggi dalam perusahaan. Mereka bekerja bukan karena disuruh. Mereka termotivasi bukan oleh faktor eksternal melainkan faktor internal. Sumber motivasinya dari dalam diri mereka sendiri.

Biasanya karyawan yang memiliki komitmen terhadap pekerjaan bisa menjiwai pekerjaannya. Mereka bekerja dengan pikiran dan hati. Karenanya mereka menikmati pekerjaan. Mereka memandang pekerjaan bukan sebagai beban dan kewajiban, tetapi sarana berkarya dalam mengembangkan diri. Biasanya orang-orang yang berkomitmen akan mencapai kepuasaan kerja alias job satisfaction.

Lantas bagaimana sebaiknya membangun karyawan berkomitmen itu? Untuk membangun komitmen karyawan Arvan menyarankan agar perusahaan memahami karakteristik karyawan, dan mengetahui kebutuhan mereka. Setiap karyawan memiliki kebutuhan fisik seperti penghasilan yang memadai, sosial emosional (lingkungan pergaulan dan budaya perusahaan sesuai budaya personal), mental (kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri), dan spiritual (melakukan pekerjaan yang penuh arti-penuh makna).

Dari empat macam kebutuhan tersebut menurut Arvan, setiap karyawan memiliki penekanan pada kebutuhan yang berbeda-beda. Ada yang lebih ke aspek fisik, sosial, emosional, mental, ataupun spiritual. Juga, bisa gabungan dari aspek-aspek tadi. Selain memahami karyawan, perusahaan juga harus melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan karyawan, maupun bisnis secara keseluruhan. Maka pradigma perusahaan harus diubah. Asumsinya menjadi those closest the job knows it best--- orang yang paling dekat dengan pekerjaanlah yang paling tahu seluk-beluk pekerjaan itu.

Komitmen senantiasa dibarengi dengan kepercayaan (trust) antara manajemen dan karyawan. Komitmen juga tidak akan tercapai, kalau manajemen tidak memahami apa yang diinginkan karyawan termasuk keinginan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Untuk bisa menciptakan komitmen dan kepercayaan, tentunya diperlukan komunikasi yang baik. Karenanya, karyawan dan manajemen harus mau duduk bersama dan saling menyelaraskan pardigma masing-masing. Kemampuan saling mendengarkan adalah katak kuncinya!

Komitmen harus dibangun dari dua arah yaitu dari karyawan maupun perusahaan. Adanya tingkat keterikatan karyawan terhadap perusahaan yang didefenisikan sebagai engagement.

Nah, bila Anda sudah mengetahui bedanya karyawan patuh dan berkomitmen, lantas coba Anda jawab dengan jujur Anda termasuk yang mana? Moga-moga artikel di atas bermanfaat bagi Anda. (GCM/SW)

perjalanan karir


Fase Perjalanan Karir Profesional

GloriaNet - Tapi tahukah Anda bahwa dalam perjalanan setiap profesional akan melewati ketiga fase? Bila Anda mampu menjalankannya dengan baik, maka keberhasilan akan Anda raih. Namun jika tidak, kegagalan lah yang akan Anda rasakan. Pakar karir, Andrew Mayo mengungkapkan ada tiga fase dalam perjalanan karir seseorang. Ketiga fase tersebut adalah:

- Discovery phase
Pada fase ini, seseorang akan beradaptasi dengan dunia kerja, berupaya untuk mengenali kemampuan dirinya, belajar tentang dunia kerja dari berbagai pihak, dan mulai memperoleh pengalaman. Fase ini biasanya berlangsung sekitar sepuluh tahun pertama dalam dunia kerja. Pada fase pencarian inilah seseorang mulai untuk menentukan arah karirnya di masa depan.

- Consolidation phase
Fase ini biasanya berlangsung pada usia 30 sampai dengan 50 tahun pada perjalanan karir seseorang. Tetapi ada pula yang memulai fase ini lebih awal, dan ada pula yang terlambat. Demikian pula dengan akhir fase ini, ada yang mengakhirinya lebih awal, dan ada pula yang terlambat. Pada fase ini seseorang mulai menyadari (tetapi juga mungkin gagal untuk menyadari) ambisi dan mengukur kemampuan dirinya. Mereka yang berhasil akan terus melaju, dan sebaliknya mereka yang gagal bersiap untuk mengalami kemandegan bahkan penurunan karir. Pada fase ini pulalah kemapanan karir seseorang dimulai.

- Maturity phase
Jika seseorang berhasil melewati fase pertama dan kedua dengan baik, maka pada fase ini dia memiliki akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang sangat substansial, dan sangat bermanfaat untuk tempat kerjanya. Sebaliknya, mereka yang gagal melewati fase pertama dan kedua akan kehilangan fleksibelitas, gagal memahami nilai-nilai yang dinamis, tidak mampu mengikuti perubahan lingkungan, dan akan tertinggal.

Nah sudahkah Anda melewati ketiga fase tersebut? Namun pada fase keberapapun Anda kini berada, jangan pernah berhenti untuk menuju fase atau proses selanjutnya. Karena pada dasarnya tidak pernah ada kata selesai untuk menggapai kesusesan. So, semoga karir Anda menjulang...! (GCM/Astaga!)

gaul di lingkungan kerja


Bergaul di Lingkungan Kerja

Pergaulan di lingkungan kerja memang berbeda dengan pergaulan di luar lingkungan kerja. Pergaulan di luar kantor umumnya tidak bersifat formil. Karena anda tidak terikat dengan peraturan-peraturan dan prosedur baku. Sedangkan di kantor atau perusahaan, pergaulan lebih bersifat resmi. Apalagi di kantor ada tingkatan jabatan, mulai level terendah sampai level pimpinan.

Sehingga ada peraturan tak tertulis mengenai cara bergaul dengan masing-masing tingkatan. Tentu saja bergaul dengan bos berbeda bila dibanding bergaul dengan rekan sejawat. Begitu pula bergaul dengan bawahan. Terlebih di perusahaan yang sangat birokratis, seperti di pemerintahan, tata cara pergaulan menjadi sangat penting di banding pergaulan di lingkungan perusahaan yang lebih mementingkan kreativitas.

Tetapi nggak perlu bingung. Dimanapun anda berada, anda memang dituntut untuk pandai bergaul. Karena kepiawaian anda bergaul juga merupakan salah satu hal yang mendukung kesuksesan karir anda. Dalam hal ini di lingkungan kerja, anda tidak bisa bersikap sama rata terhadap semua orang. Cara anda menjalin hubungan dengan dengan setiap rekan di kantor sangat bergantung dari konsep diri anda di dalam lingkungan.

Tempatkan diri anda sesuai dengan posisi anda. Tentu saja terhadap bos anda harus memiliki sikap hormat dan respek. Tetapi bukan berarti anda tidak menghormati rekan selevel dengan anda. Karena pada intinya, kunci dalam pergaulan adalah saling menghormati dan menghargai. Sedangkan kepada level di bawah anda, anda juga tidak mesti minta dihormati. Jika anda bisa menghargai dan menghormati orang lain, apapun pangkat dan jabatannya, otomatis orangpun akan menaruh hormat pada anda.

Hanya saja anda bisa lebih santai jika bergaul dan bicara kepada rekan sejawat jika dibanding dengan bos. Terhadap bos atau orang-orang yang lebih tinggi tingkatannya dari anda, anda harus lebih menjaga tata krama dan kaidah yang berlaku, seperti cara bicara dan bertegur sapa. Sedangkan kepada bawahan, anda harus lebih menjaga wibawa tanpa kehilangan sikap familiar anda.

Semakin mampu anda menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, maka semakin mudah pula anda memenuhi tuntutan pergaulan dalam level manapun. Anda akan lebih rileks dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan kantor anda. Tentu saja ini menguntungkan anda bukan? Selain anda tidak kesulitan bergaul, anda pun memiliki banyak teman. Sehingga anda tidak akan merasa asing di lingkungan kerja anda sendiri. Dampaknya anda akan lebih 'enjoy' bekerja dan lebih bersemangat merintis karir. (GCM/Astaga!)

mengundurkan diri dengan elegan


Mengundurkan Diri dengan Elegan

Hari yang telah Anda tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Akhirnya Anda dapat keluar dari
pekerjaan yang selama ini sangat Anda benci. Dalam atmosfir yang dipenuhi kebencian
terhadap atasan, pekerjaan Anda atau malah kedua-duanya, pasti ada keinginan dalam diri
Anda untuk mewujudkan fantasi yang selama ini telah direncanakan : memberitahu atasan
Anda bagaimana tidak becusnya ia dalam mengatur bawahan, membocorkan pada rekan-rekan
kerja tentang siapa-siapa saja yang pernah membicarakan mereka dan apa saja yang pernah
dibicarakan, atau mengambil persediaan kertas folio di gudang untuk dibawa pulang. Anda
mungkin berpikir : toh saya juga akan segera keluar dari tempat itu, jadi nggak ada salahnya
kan memanfaatkan kesempatan itu?
Salah besar. Cara Anda mengundurkan diri secara tidak langsung akan mempengaruhi karir
Anda di masa depan. Tahan amarah Anda dan jangan berusaha membalas, tapi keluarlah dari
pekerjaan tersebut dengan keprofesionalan yang masih terjaga. Berikut adalah hal-hal yang
harus dipertimbangkan.
1. Berpikir jangka panjang
Jangan sampai Anda mengeluarkan komentar-komentar yang menjelek-jelekkan atasan
atau rekan kerja di tempat lama. Meski dorongan tersebut sangat kuat (dan sangat
menyenangkan bila bisa melakukannya), perlu diingat bahwa apa yang telah diucapkan
tidak dapat ditarik kembali. Kata-kata tersebut (seandainya terdengar oleh orang lain)
akan selalu teringat dan mungkin suatu saat akan sampai ke orang yang Anda jelekjelekkan.
Selain Anda masih membutuhkan tempat kerja lama sebagai referensi, masih
ada kemungkinan Anda akan bertemu dengan rekan kerja baru yang memiliki
hubungan dengan kantor lama — baik sebagai klien, supervisor, atau (yang lebih parah
lagi) teman dekat dari salah seorang rekan kerja Anda di tempat lama.
2. Berpikir rasional
Berhenti kerja dapat menjadi pengalaman bernuansa penuh emosi baik bagi Anda
maupun atasan (yang mungkin selama ini memperlakukan Anda dengan semenamena).
Atasan mungkin akan merasa kaget, marah atau melakukan pembelaan diri
(dan menganggap kesalahan sepenuhnya ada di tangan Anda). Meski ketegangan
mungkin terjadi, tahan emosi dan tetaplah berlaku sebagai seorang profesional. Dengan
berhenti, Anda sebenarnya telah berhasil membalas perlakuannya. Bayangkan, berapa
lama yang akan dibutuhkan untuk mencari sampai melatih orang baru hingga dapat
benar-benar mengisi posisi Anda?
3. Berpikir ke depan
Buat surat dengan singkat, to the point dan mencantumkan tanggal kapan Anda akan
efektif berhenti bekerja. Jangan mengirim melalui email, tapi langsung datangi
staf/orang yang berkepentingan dan serahkan surat tersebut. Berhati-hatilah sebab
mungkin saja begitu menyerahkan surat pengunduran diri, Anda akan langsung disuruh
membereskan meja Anda dan digelandang keluar kantor. Oleh karena itu sangatlah
penting mengemasi barang-barang Anda beberapa hari sebelum (misalnya seminggu)
sebelum berhenti. Kumpulkan barang-barang yang mungkin dapat berguna suatu hari
misalnya alamat email, kartu-kartu nama dari klien, rekan kerja atau supervisor, atau
informasi yang Anda butuhkan mengenai proyek yang sedang Anda kerjakan. Sebab
begitu Anda menginggalkan kantor untuk terakhir kalinya, barang-barang tersebut
tidak bisa diambil lagi.
4. Berpikir positif
Seandainya dulu pekerjaan lama Anda diwarnai masa-masa sulit (dan menyebalkan),
mungkin akan sedikit sulit untuk tidak berkomentar/bercerita mengenai masa-masa
tersebut. Namun membawa beban (dan kekesalan) lama ke pekerjaan baru hanya akan
merusak reputasi Anda. Atasan atau rekan baru Anda pastinya tidak ingin
mendengarkan keluhan mengenai pekerjaan lama Anda. Lupakan deh mimpi buruk
Anda yang dulu, lagipula toh sekarang sudah ada pekerjaan baru. Hadapi masa-masa
transisi tersebut dengan seprofesional mungkin dan songsonglah kesempatan emas di
pekerjaan baru yang ada di depan Anda

dunia kerja


Karir Mentok? Sudahkah Berinvestasi pada Diri Sendiri? Seorang salesman sukses datang pada saya: “Perusahaan ini maunya apa, sih? Saya sudah bekerja selama 5 tahun, selalu mencapai target, tidak pernah dinaikkan pangkat, malahan, target saya setiap semester dinaikkan. Apa perusahaan mau menyaksikan kegagalan saya? Karir saya mentok di perusahaan ini....” . Secara logis tidak ada perusahaan yang ingin “menggencet” karir seseorang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan individu merasakan keterhambatan karir. Bisa saja kompetensinya bagus dibidang penjualan, tetapi di bidang penyeliaan dan manajerial dia lupa mengembangkan diri. Terkadang kita terlena pada rutinitas dan penghasilan tetap, sehingga merasa bahwa tidak ada jalan untuk membuat nilai tambah pada diri sendiri secara sadar dan terencana. Tepat pada saat kita merasa ”helpless” itulah karir kita memang betul mentok. Padahal sebagai profesional, kita harus berkembang bagaikan mesin yang selalu ter “tune up” dan siap menanggung beban tantangan terkini. Yang jelas, sudah tidak jamannya lagi mengharapkan pihak lain, atau perusahaan bertanggungjawab atas pengembangan diri kita. Jangan lagi berkata, ”Aduh, gimana tidak gatek...., perusahaan aja tidak memberi saya laptop”. Atau,“Mana sempat kursus, lembur sampai malam dan sampai di rumah pun saya masih harus mengurus rumah tangga”. Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karir ada di tangan dirinya sendiri. Lihatlah kenyataan bahwa orang yang karirnya menanjak punya kebiasaan luar biasa yang menyebabkan dirinya tidak berhenti”walk the extra mile” untuk berinvestasi di dalam dirinya. Tidak jarang pula kita menyaksikan kenyataan bahwa beberapa profesional yang sudah mencapai usia lanjut tetapi tetap laku dan ”terpakai”. Bila kita cermati baik baik, profesional senior ini memang belum berhenti ”mengisi” dirinya. Investasi pada diri sendiri, hukumnya: seumur hidup.